Sebuah
tim peneliti yang meneliti mikroba anaerobik pada sedimen menyatakan
bahwa selain senyawa sulfat, senyawaan besi dan mangan memegang peranan
yang penting dalam konversi metana menjadi karbondioksida dan kemudian
menjadi karbonat di lautan dunia. Senyawa-senyawa yang sama inilah
menjadi kunci dalam proses reduksi metana pada zaman atmosfer bumi kita
tidak mengandung oksigen.
“Kami mempercayai bahwa mikroba tersebut
hanya mengkonsumsi metana yang terdapat pada sediment anaerobic laut
apabila terdapat kehadiran sulfat”, kata Emily Beal mahasiswa
pascasarjana Geosains di Penn State. “akan tetapi aseptor electron yang
lain, seperti senyawaan besi dan mangan merupakan seyawaan yang lebih
mudah bereaksi secara termodinamik dibandingkan dengan sulfat”.
Mikroba
ataupun group dari beberapa mikroba yang menggunakan sulfat sebagai
sarana mengkonversi metana untuk mendapatkan energi terdapat dalam
sediment laut. Dan akhir-akhir ini para peneliti yang lain telah
berhasil megidentifikasi mikroba yang menggunakan beberapa bentuk
senyawaan nitrogen dalam air bersih juga dapat mengkonversi metana.
“Para
ilmuwan telah berspekulasi bahwa senyawaan besi dan mangan telah
digunakan dalam konversi metana tersebut akan tetapi tidak ada para
peneliti yang telah berhasil menunjukkan bahwa asumsi tersebut dapat
terjadi pada mikroorganisme yang dikembangkan dalam laboratorium”, kata
Beal.
Beal kemudian bekerjasama dengan Christopher H. House,
asisten professor Geosains Penn Satet dan Victoria J. Orphan, asisten
professor bidang Geobiologi dari California Institute of Technology
untuk menginkubasi berbagai macam varietas microba yang ada di sediment
laut untuk menentukan apakah betul mikroba dapat mengkonversi metana
menjadi karbondioksida tanpa kehadiran senyawa sulfat. Hasil kerja
mereka dilaporkan dalam “Science” tanggal 10 Juli.
Dengan
menggunakan sample yang diambil dari 20 mil garis pantai California dan
kedalaman 1800 feet dekat dengan cekungan metana di lautan pasifik, Beal
dan koleganya menginkubasi sejumlah sediment laut, termasuk control
yang terdiri dari sample yang diautoclave hingga steril, sample dengan
sulfat, dan sample yang bebas terhadap senyawaan sulfat, mangan dan
besi.
Dia juga menginkubasi sample yang free terhadap senyawaan
sulfat akan tetapi mengandung besi oksida ataupun mangan oksida. Dia
memasukkan metana dimana atom C nya adalah isotop nonradioaktif C-13
dalam suatu wadah diatas sample sediment-sedimen yang diinkubasi dan
melakukan analisa terhadap karbondioksida yang aka dihasilkan dari
sample-sample tersebut. Ternyata semua karbondioksida yang dihasilkan
dari beberapa sample yang diinkubasi megandung isotop C-13.
Sample
control steril tidak menunjukkan aktivitas, sedangkan sample tanpa
sulfat menunjukkan aktivitas yang tidak berarti. Sample control dengan
sulfat menunjukkan aktifitas yang besar seperti yang telah diduga, akan
tetapi sample yang mengandung campuran senyawaan besi dan mangan juga
menunjukkan aktifitas meskipun aktifitasnya lebih kecil disbanding
dengan sample control yang mengandung sulfat.
“Kami tidak
perpendapat bahwa besi dan mangan memegang peranan yang penting
dibanding dengan reduksi sulfat saat ini, akan tetapi tidak ada
komponen-komponen yang memegang peranan yang pentig,” kata House, yang
merupakan direktur Penn state Astrobiology Research Center.
“Kemungkinan yang terjadi adalah terdapat suatu bagian yang besar dalam
siklus karbon saat ini.”
Salah satu alasan mengapa mereka sangat
penting adalah beberapa karbondioksida yang dihasilkan bereaksi baik
dengan besi maupun mangan membentuk karbonat yang mengendap di lautan.
Meskipun terdapat karbondioksida yang keluar ke atomosfer hal ini
menjadi problematika yang kurang berarti dibandingkan dengan metana.
Pada
masa awal terbentuknya bumi, dimana tidak terdapat kehadiran oksigen di
atmosfer, sulfat terdapat dalam jumlah yang terbatas. Tanpa sulfat besi
dan mangan oksida menjadi pengganti sulfat untuk mengubah metana
menjadi karbondioksida. “sulfat berasal dari proses oksidative akibat
perubahan cuaca dialam”, kata Beal. “Dan tanpa kehadiran oksigen maka
proses ini tidak akan dapat terjadi”, tambahnya.
Baik besi Maupin
mangan oksida terbentuk pada saat bumi kita sudah terdapat oksigen,
mereka juga dapat terbentuk dari proses reaksi fotokimia. Kedua oksida
ini dimungkinkan ada dalam jumlah yang berlimpah dibandingkan dengan
sulfat pada saat awal bumi kita terbentuk. Dari hasil penelitiannya Beal
telah mengkategorisasikan lebih dari selusin mikroorganisme yang hidup
dalam sediment yang telah ia pergunakan dalam penelitiannya. Akan tetapi
dia belum tahu mikroba mana yang memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi
metana, salah satunya mungkin berasal dari spesies bakteri ataupun
spesies archaea, atau bahkan bisa jadi satu group dari beberapa mikroba,
namun dia sekarang bekerja untuk mengidentifikasi dengan dukungan dari
The National Science Foundation and the NASA Astrobiology Institute.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar